BOOK: Suryawan, 2018: Ruang Hidup Yang Redup
Buku ini menyajikan dua butir temuan yang memberikan kesan mendalam. Butir pertama yaitu tentang Bahasa, identitas dan etno-ekologinya. Bahasa menjadi media yang sangat penting dalam pembentukan dan transmisi pengetahuan masyarakat lokal dalam konteks hubungan manusia dengan lingkungan, kekuatan supranatural (sakralitas), dan pembentukan identitas kelompoknya.
Butir kedua memfokusnya mengenai Keterpinggiran hidup modern dan keterancapunahan bahasa. Bahasa adalah salah satu aspek budaya manusia, yang hidup matinya tergantung dari ketahanan kehidupan sosial-budaya-ekonomis penuturnya. Jadi ketahanan atau keterancampunahan bahasa sesungguhnya tergantung pada faktor eksternal bahasa, keseluruhan faktor ekologis non-linguistis.
I Ngurah Suryawan dalam buku ini menggunakan istilah ruang-ruang hidup untuk menggambarkan totalitas kehidupan manusia itu; yakni berbagai ruang beraktifitas pembentuk pengetahuan bahasa dan kebudayaannya. Oleh sebab itulah ruang bukan hanya ‘tempat’ fisik (physical space), namun keseluruhan hidup manusia dimana mereka beraktifitas dan mengkonstruksi bahasa dan kebudayaan (socio-cultural space). Ruang-ruang hidup tersebut dengan demikian sangat berhubungan dengan pengetahuan tentang bahasa-bahasa ibu. Ruang-ruang hidup yang demikian bisa, karena satu dan lain hal, terkikis, mengecil, tersingkir dan pada akhirnya punah seiring dengan berbagai perubahan ekologi sosial dan fisik. Situasi inilah yang kini terjadi pada banyak bahasa minoritas di Indonesia, tak terkecuali di tanah Papua.